Hal ini membentuk pola pikir para pelajar bahwa tujuan sekolah hanyalah untuk mendapatkan pekerjaan. Tidak terbangun tujuan untuk mencerdaskan bangsa sehingga negara bisa terlepas dari penjajahan.
Dengan demikian terlahirlah pemuda-pemuda yang hidupnya hanya berorientasi pada materi saja. Ditambah minimnya lapangan pekerjaan yang terbuka menjadikan mereka sosok yang egois dan mudah putus asa, mementingkan kepentingan diri sendiri dan tidak peduli dengan kondisi masyarakat yang semakin rusak.
Kapitalisme juga melengkapi para pemuda dengan sifat konsumerisme melalui invasi budaya yang diperoleh dari liberalisasi ekonomi yang mengakibatkan terbukanya jalan impor seluas luasnya.
Akhirnya barat menjadi rol mode pemuda saat ini. Para pemuda setiap harinya disuguhkan dengan tawaran produk yang silih berganti, dengan harga promo yang sangat menarik hawa nafsu. Sehingga para pemuda tidak bisa membedakan lagi mana kebutuhan dan mana keinginan.
Alhasil mereka akan berupaya melakukan apapun demi untuk mengikuti gaya hidup barat yang hedonis. Tak tanggung-tanggung jalan pintas seperti pinjol atau pay later pun ditempuh untuk memenuhi gaya hidup mereka. Padahal itu merupakan jurang kesesatan karena mereka terikat dengan perkara ribawi.
Akar yang rusak akan menghasilkan buah yang rusak, begitupun dengan sistem yang ada saat ini. Sistem yang rusak tidak akan mungkin melahirkan generasi muda yang gagah berani, yang mampu memegang tongkat estafet bangsa, sekaligus menjadi agen perubahan terhadap negeri ini.
Tema yang di usung “ Bersama Majukan Indonesia “ hanyalah omong kosong belaka. Dari pendidikannya saja sudah rusak, bahkan jauh dari cerminan insan yang cerdas dan bertaqwa. Alih-alih menjadi negara yang maju, malah menuju jurang kerusakan.
Berbeda dengan islam, islam memperhatikan peran pemuda dan mengarahkan negara untuk membangun pemuda menjadi generasi pembangun peradaban mulia yang berkepribadian islam, orientasi hidup jauh ke depan, bukann hanya duniawi semata.
Sejarah Islam mencatat pemuda adalah tonggak peradaban, melakukan perbaikan keseluruh penjuru dunia. Mengangkat derajat kaum muslimin dari jahiliyah menuju kegemilangan Islam. Sistem pendidikan Islam akan mewujudkan pakar dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lalu menginstal ideologi Islam pada dirinya dengan cara melibatkan dirinya secara aktif dalam pembinaan Islam ideologis. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, ketika memulai halaqah di rumah Arqam bin Al Arqam.
Dalam pembinaan para pemuda, mereka akan menyadari bahwa menjadi seorang pemimpin peradaban bukan hanya pintar dalam urusan duniawi, namun harus dibimbing sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah Nabi, mereka juga akan mengetahui kewajibannya untuk berdakwah ditengah-tengah umat.
Terwujudnya Islam Rahmatan lill aalamiin hanya dengan diterapkannya sistem Islam. Para pemuda adalah agen perubahan menuju kebangkitan dan kemajuan yang hakiki.
Sebagaimana dahulu para sahabat mengikuti dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah sehingga 2/3 dunia bersatu dalam naungan sistem Islam.
Sudah saatnya para pemuda menyadari akan hal ini. Mengganti sistem rusak yang menjadikan pemuda bermental lembek. Dengan sistem islam, karena hanya islamlah yang mampu menjadikan pemuda sebagai Agent of Changce sejati.
Wallahu a’lam bishawab. *
Penulis adalah Aktivis Dakwah
Discussion about this post